Chit-Chat

Open Cbox

coretan warna warni hidup penulisnya..

Rabu, 23 Januari 2008

Di Jogja?? Kan Ada aku..

Monday, January 21, 2008


…Di Jogja?Kan ada aku…

“Sedih aja…”
“Apa?”
“Nggak, sedih aja disini nggak punya apa-apa…
”“……”(Motor biru itupun di-starter)
“hati-hati ya…”

ku memandanginya sampai menghilang dibelokan seberang sana… Tapi belum jauh ia pergi, mataku sudah keburu buram… Aku membatin…(“Dia bilang apa tadi….Tak punya apa-apa?”)
Aku menghela napas dan menyeka air yang turun di pipiku dan menghalangi pandangan. Aku ingin cepat-cepat pergi dari depan gerbang yang tadi memisahkan aku dan dia. Aku menunggu sejenak, menoleh lagi untuk memastikan apa mungkin aku bisa mendapati dia kembali berada di depan gerbang ini. Menunggu aku membukakan lagi untuknya…(Yang terlihat hanya lampu jalan yg membias)

Aku tau…Ia merasa tak memiliki apapun disini…Di kota ini…Ia pantas untuk mengeluh,Bahkan merutuki setiap jengkal langkah yang mengayunkannya hingga sampai di kota ini.Menemuiku…
Aku berpaling ke ujung belokan-ah.. sepi…-Lalu aku masuk… Coba mencari setiap jejaknya yg bisa ku indrai… Hanya ada sisa sajadah di kamar yang semalam ia tiduri, dan bebauan khas yg melekat di bantal dan guling. Aku memeluk bantal itu sejenak-hmmm… agak lama sebenarnya-lalu membawanya ke ranjangku…

Aku menatap langit-langit… Dan aku menerawang…
“…..”
“Aku tuh udah dari kecil punya cita-cita itu. Dan salah satu jalan tuk ngraihnya ya aku harus kuliah disana…”
“……”
“Berat buat aku pergi… Tapi aku harus….”
“……”
“Doa’in aku ya… Biar aku bisa berhasil…”
“…..”
“……”
Itu hampir setahun yang lalu…Saat itu dia hanya membisu mendengar rentetan mimpi dan rencana kepergianku yang sudah tertanggal dan menunggu eksekusi. Dia diam saja… Tapi aku membatin…(“Aku ingin dengar dia menahanku pergi…”)
Aku tak mendengar apapun darinya… sama saja sampai saat terakhir kali kita bicara lewat telepon gratis yang ada di bandara. Dia biasa saja, tak menampakkan roman apa-apa. Bahkan saat aku transit di Cengkareng, di bangku dekat jendela, aku bersandar sambil mengirimkan pesan kepadanya. Pesan singkat lewat SMS, Pesan panjang lewat hatiku. Dia bilang, komunikasi penting.. Itu saja.
Sampai tak terasa bulan berganti dan aku sendiri di kota asing ini. Survive pada adrenalin dan nyali yang diuji lewat goncangan bumi yang meluluhlantakkan. Hingga aku pulang lagi untuk menjumpainya. Sampaikan pesan sang rindu yang lama sembunyi dan tertimbun dalam hati. Dan yah begitulah…. Kita bertemu….“Coba aku bisa pergi ke sana juga”“Kamu yakin?”“Mungkin aja”“Oohhh ya?!!!”Aku jadi riang dan penuh harap. Kira-kira nanti gimana ya…
Lalu aku coba mentransfer pengetahuan teranyar yang ku dapat di kota baruku. Mengajarinya mengeja…“LHO L-H-O LHA WONG L-H-A-W-O-N-G KOK K-O-K YO Y-O”Dia harus mengejanya secara cepat dan benar. Dia tak bisa, akupun bangga, ada juga hal yg ia tak bisa. Lalu aku bicara sepatah dua patah kata dalam bahasa jawa. Dan mengungkap kata rahasia yang agaknya popular di kota itu, aku bilang jangan kasih tau siapa-siapa. Aku berbisik… “Kata ini rada saru, tapi disana sering lantang diucapkan.”“Apa sih?”“Sudah siap dengar?? Yakin??”“….”“A#U”
Tapi dia lulus PTN di kota asalnya, jurusan idamannya. Sama sepertiku, aku disini untuk jurusan idamanku. Lalu??(“Ah sudahlah… Coba saja jalani apa yang seharusnya dijalani…”)
Pasrah sajalah aku disini… Coba lewati 24jam sehari seorang diri, oh tidak, aku tak sanggup sendiri, jadi kau temani lewat kata-kata. Sama seperti dulu, saat kita sudah bersama tapi belum bertemu. Mencoba melewati hari bersama walau hanya lewat kata-kata. Ya itu tadi, berkirim pesan singkat dan pesan terdalam lewat hati. Itu semacam suara hati, kataku. Atau telepati, kataku lagi. Oh ya, tanyamu.
Esoknya ya tetap begitu-begitu saja… Aku dan dia tampak tak bosan untuk kembali melihat layar hape atau menyentuh-nyentuh tombolnya dan dengan semangat menekan New, Read, Send, atau Reply.
Aku bahkan sempat kesal dan tak makan dua hari saat aku dengar lagu kita dinyanyikan versi akustik dengan syahdunya oleh suara wanita yang ternyata saudara perempuanku sendiri. Aku jadi enggan keluar kamar. Selagi aku merasa jatuh, dia malah hilang tak membalas pesanku. Itu lho, “Dealova”. Lagu yang dinyanyiin pengamen di manapun kita nongkrong dan diputar di toko baju obral dekat jembatan penyebrangan tempat aku nunggu bis pulang.Aku mengadu padanya dengan penuh semangat. Dan dia menanggapi,“OOoo..”Aku ngamuk…Tapi kamu bilang,“Kalo sekarang aku lagi dlm perjalanan ke Jogja, kamu msh mw marah?”“Jangan becanda ah..!!”“Hmmm…”“Awas kau!”
Tapi benar, sore itu, akhir agustus, dia bilang dia udah dideket Malioboro. Diantar keluarga tercinta. Aku sumringah aja… Dia nggak bercanda ya?Sampai akhirnya aku bisa melihat hidung mancungnya (Hmm). Oh iya, dia ada di jogja, di depanku.
Sebulan… Dua bulan… Jalan terus….
Dia murung… Katanya kangen sama ibu. Aku jadi kalut, kan ada aku. Dia kesel… Hapenya kecebur di pantai terus ilang di Alkid. Aku jadi ngerasa bersalah, kan ada aku. Dia tiba-tiba nangis… waktu curhat-curhatan di belakang rumah. Aku jadi gak enak hati, kan ada aku. Dia uring-uringan… di kosnya isinya senior semua, kan ada aku. Dia jadi pendiem… karna banyak uneg-uneg yang mesti dituangin, kan ada aku. Dia sibuk… kamar berantakan, cucian numpuk. Walaupun bukan aku yang nyuci sendiri, kan ada aku. Dia resah… Gak ada monitor ditambah harddisknya rusak, kan ada aku. Dia bosen… makanan yang dia makan nggak bervariasi penginnya kayak masakan dirumahnya, kan ada aku. Dia yang setengah hati maen ke rumah, gara-gara mbakku yang rada aneh sikapnya ke dia, kan ada aku… Apalagi dia ngeluh… Dikampusnya isinya cowok semua. Lho ya iyalah namanya juga Akademi Pria Idaman,tapi kan ada aku… Ada aku…
Sekarang malah udah hampir setahun…
Udah deh…Disini kita sama-sama…Mau susah atau seneng, ya sama-sama…Keluarga jauh, saudara g punya, duit pas-pasan…Sama aja, kita senasib…Makanya,Kalo ada apa-apa ya dibagi…Jangan pas tanggal tua aja baru mo ngebagi masalah,Tanggal muda boleh juga dong bagi rejeki…Tapi kalo nggak punya apa-apa…Ya jangan sedih kelamaan lah…Kan ada aku.....Ada aku…
“LuNa ChaN”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar