Chit-Chat

Open Cbox

coretan warna warni hidup penulisnya..

Rabu, 23 Januari 2008

Terapi Schizophrenia

Gak lengkap rasanya klo kita dah nge-bahas smua bagian dari schizophrenia tanpa bahas gmana teknik terapi buat menghadapinya… biar katanya ni gangguan susah banget nyembuhinnya, dan kemungkinan sembuhnya tu kecil banget ky semut.. (tadinx sih mo bilang ky upil, hehehe..) Hayu lah… mudah” aja kalian smua masih tetep tegar nge-bacain postingan aye dan g kapok ngasih feedback ke aye… SEMANGAT!!


I.1. TERAPI BIOLOGIS
I.1.1 Penggunaan Obat Antipsikosis
Obat-obatan antipsikosis yang dapat meredakan gejala-gejala schizophrenia adalah chlorpromazine (thorazine) dan fluphenazine decanoate (prolixin). Kedua obat tersebut termasuk kelompok obat phenothiazines, reserpine (serpasil), dan haloperidol (haldol). Obat ini disebut obet penenang utama. Obat tersebut dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan, tetapi tidak mengakibatkan tidur yang lelap, sekalipun dalam dosis yang sangat tinggi (orang tersebut dapat dengan mudah terbangun). Obat ini tampaknya mengakibatkan sikap acuh pada stimulus. luar. Obat ini cukup tepat bagi penderita schizophrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidak relevan).
Bukti menunjukkan bahwa obat antipsikotik ini bekerja pada bagian batang otak, yaitu sistem retikulernya, yang selalu mengendalikan masukan berita dari alat indera pada cortex cerebral. Obat-obatan ini tampaknya mengurangi masukan sensorik pada sistem retikuler, sehingga informasi tidak mencapai cortex cerebral. Obat antipsikotik telah terbukti efektif untuk meredakan gejala schizophrenia, memperpendek jangka waktu pasien di rumah sakit, dan mencegah kambuhnya penyakit. Namun, obat-obatan tersebut bukan untuk penyembuhan menyeluruh. Kebanyakan pasien harus melanjutkannya dengan perbaikan dosis pengobatan agar dapat berfungsi di luar rumah sakit.
Di samping itu, efek penggunaan obat-obatan antipsikotik tersebut memiliki dampak sampingan yang kurang menyenangkan, yaitu mulut kering, pandangan mengabur, sulit berkonsentrasi, sehingga banyak orang menghentikan pengobatan mereka. Selain itu juga terdapat dampak sampingan yang lebih serius dalam beberapa hal, misalnya tekanan darah rendah dan gangguan otot yang menyebabkan gerakan mulut dan dagu yang tidak disengaja (Atkinson, et al., 1991). Selain itu, dalam 2-3 tahun terakhir ini, obat-obat psikotropik anti schizophrenic bermunculan dan mulai digunakan di Indonesia. Obat-obat ini seperti clozapine, risperidone, olanzepine, iloperidol, diyakini mampu memberikan kualitas kesembuhan yang lebih baik, terutama bagi yang sudah resisten dengan obat-obat lama. Obat-obat generasi kedua ini bisa menetralisir gejala-gejala akut schizophrenia seperti tingkah laku kacau, gaduh gelisah, waham, halusinasi pendengaran, inkoherensi, maupun menghilangkan gejala-gejala negatif (kronik) seperti autistik (pikiran penuh fantasi dan tak terarah), perasaan tumpul, dan gangguan dorongan kehendak. Namun, obat-obat anti schizophrenia ini memiliki harga yang cukup mahal. Sementara, penderita schizophrenia di Indonesia kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah dan biasanya menggunakan obat-obatan klasik (generik) (Wicaksana, 2000).

I.1.2 Terapi Elektrokonvulsif
Terapi Elektrokonvulsif disingkat ECT juga dikenal sebagai terapi elektroshock. ECT telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat karena beberapa alasan. Di masa lalu ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa pada berbagai gangguan jiwa, termasuk schizophrenia. Namun terapi ini tidak membuahkan hasil yang bermanfaat. Sebelum prosedur ECT yang lebih manusiawi dikembangkan, ECT merupakan pengalaman yang sangat menakutkan pasien. Pasien seringkali tidak bangun lagi setelah aliran listrik dialirkan ke tubuhnya dan mengakibatkan ketidaksadaran sementara, serta seringkali menderita kerancuan pikiran dan hilangnya ingatan setelah itu. Adakalanya, intensitas kekejangan otot yang menyertai serangan otak mengakibatkan berbagai cacat fisik.
Namun, sekarang ECT sudah tidak begitu menyakitkan. Pasien diberi obat bius ringan dan kemudian disuntik dengan penenang otot. Aliran listrik yang sangat lemah dialirkan ke otak melalui kedua pelipis atau pada pelipis yang mengandung belahan otak yang tidak dominan. Hanya aliran ringan yang dibutuhkan untuk menghasilkan serangan otak yang diberikan, karena serangan itu sendiri yang bersifat terapis, bukan aliran listriknya. Penenang otot mencegah terjadinya kekejangan otot tubuh dan kemungkinan luka. Pasien bangun beberapa menit dan tidak ingat apa-apa tentang pengobatan yang dilakukan. Kerancuan pikiran dan hilang ingatan tidak terjadi, terutama bila aliran listrik hanya diberikan kepada belahan otak yang tidak dominant (nondominan hemisphere). Empat sampai enam kali pengobatan semacam ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu 2 minggu.
Akan tetapi, ECT ini tidak cukup berhasil untuk penyembuhan schizophrenia, namun lebih efektif untuk penyembuhan penderita depresi tertentu (Atkinson, et al.,1991).

I.1.3 Pembedahan bagian otak
Pada tahun 1935, Moniz (Davison, et al., 1994) memperkenalkan prefrontal lobotomy, yaitu preoses pembedahan pada lobus frontalis penderita schizophrenia. Menurut Moniz, cara ini cukup berhasil dalam proses penyembuhan yang dilakukannya, khususnya pada penderita yang berperilaku kasar. Akan tetapi, pada tahun 1950 -an cara ini ditinggalkan karena menyebabkan penderita kehilangan kemampuan kognitifnya, otak tumpul, tidak bergairah, bahkan meninggal.


I.2 PSIKOTERAPI
Gejala-gejala gangguan schizophrenia yang kronik telah membuat situasi pengobatan di dalam maupun di luar Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menjadi monoton dan menjemukan. Para psikiater dan petugas kesehatan terkondisi untuk menangani schizophrenia dengan obat saja selain terapi kejang listrik (ECT). Psikoterapi suportif, terapi kelompok, maupun terapi perilaku hampir tidak pernah dilakukan, karena dianggap tidak akan banyak manfaatnya. Wawancara tatap muka yang rutin dengan pasien jarang dilakukan (Wicaksana, 2000).
Psikoterapi adalah perawatan dan penyembuhan gangguan jiwa dengan cara psikologis. beberapa pakar psikoterapi beranggapan bahwa perubahan perilaku tergantung pada pemahaman individu atas motif dan konflik yang tidak disadari.
I.2.1 Terapi Psikoanalisa.
Terapi Psikoanalisa adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud. Tujuan psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan konflik yang tidak disadarinya dan mekanisme pertahanan yang digunakannya untuk mengendalikan kecemasannya . Hal yang paling penting pada terapi ini adalah untuk mengatasi hal-hal yang direpress oleh penderita. Metode terapi ini dilakukan pada saat penderita schizophrenia sedang tidak "kambuh". Macam terapi psikoanalisa yang dapat dilakukan, adalah Asosiasi Bebas. Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannya tanpa penyuntingan atau penyensoran (Akinson, 1991).
Pada teknik ini, penderita disupport untuk bisa berada dalam kondisi relaks baik fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaan relaks, maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal. Pada saat penderita tidur di sofa dan disuruh menyebutkan segala macam pikiran dan perasaan yang ada di benaknya dan penderita mengalami blocking, maka hal itu merupakan manifestasi dari keadaan over-repressi. Hal yang direpress biasanya berupa dorongan vital seperti sexual dan agresi. Repressi terhadap dorongan agresi menyangkut figur otorotas yang selalu diwakili oleh father dan mother figure. Repressi anger dan hostile merupakan salah satu bentuk intrapsikis yang biasa menyebabkan blocking pada individu. Akibat dari blocking tersebut, maka integrasi kepribadian menjadi tidak baik, karena ada tekanan ego yang sangat besar.
Menurut Freud, apabila terjadi blocking dalam proses asosiasi bebas, maka penderita akan melakukan analisa. Hasil dari analisanya dapat menimbulkan insight pada penderita. Analisa pada waktu terjadi blocking bertujuan agar penderita mampu menempatkan konfliknya lebih proporsional, sehingga penderita mengalami suatu proses penurunan ketegangan dan penderita lebih toleran terhadap konflik yang dialaminya. Seperti yang telah diungkapkan terdahulu bahwa penderita diberi kesempatan untuk dapat mengungkapkan segala traumatic events dan keinginan-keinginan yang direpressnya. Waktu ini disebut dengan moment chatarsis. Disini penderita diberi kesempatan untuk mengeluarkan uneg-uneg yang ia rasakan , sehingga terjadi redusir terhadap pelibatan emosi dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya. Dalam teknik asosiasi bebas ini, juga terdapat proses transference, yaitu suatu keadaan dimana pasien menempatkan therapist sebagai figur substitusi dari figur yang sebenarnya menimbulkan masalah bagi penderita. Terdapat 2 macam transference, yaitu:
(1) transference positif, yaitu apabila therapist menggantikan figur yang disukai oleh penderita,
(2) transference negatif, yaitu therapist menggantikan figur yang dibenci oleh penderita (Fakultas Psikologi UNPAD, 1992).

I.2.2 Terapi Perilaku (Behavioristik)
Pada dasarnya, terapi perilaku menekankan prinsip pengkondisian klasik dan operan, karena terapi ini berkaitan dengan perilaku nyata. Para terpist mencoba menentukan stimulus yang mengawali respon malasuai dan kondisi lingkungan yang menguatkan atau mempertahankan perilaku itu (Ullaman dan Krasner, 1969; Lazarus, 1971 dalam Atkinson, 1991).
Akhir-akhir ini, pakar terapi perilaku melihat adanya pengaruh variabel kognitif pada perilaku (misalnya, pemikiran individu tentang situasi menimbulkan kecemasan tentang akibat dari tindakan tertentu) dan telah mencakupkan upaya untuk mengubah variabel semacam itu dengan prosedur yang khusus ditujukan pada perilaku tersebut (Bandura, 1982; Meinchenbaum dan Jaremko, 1982 dalam Atkinson, 1991). Pada kongres psikiatri di Malaysia pada tahun 2000, cognitif - behavior therapy untuk pasien schizophrenia ditampilkan pakar psikiatri dari Amerika maupun dari Malaysia sendiri. Ternyata, terdapat hasil yang cukup baik, terutama untuk kasus-kasus baru, dengan menggunakan cognitif - behavior therapy tersebut. Rupanya ada gelombang besar optimisme akan kesembuhan schizophrenia di dunia dengan terapi yang lebih komprehensif ini. Selain itu, secara umum terapi ini juga bermaksud secara langsung membentuk dan mengembangkan perilaku penderita schizophrenia yang lebih sesuai, sebagai persiapan penderita untuk kembali berperan dalam masyarakat. Paul dan Lentz (Rathus,et al., 1991; Davison, et al., 1994) menggunakan dua bentuk program psikososial untuk meningkatkan fungsi kemandirian.
a. Social Learning Program.
Social learning program menolong penderita schizophrenia untuk mempelajari perilaku-perilaku yang sesuai. Program ini menggunakan token economy, yakni suatu cara untuk menguatkan perilaku dengan memberikan tanda tertentu (token) bila penderita berhasil melakukan suatu perilaku tertentu. Tanda tersebut dapat ditukar dengan hadiah (reward), seperti makanan atau hak-hak tertentu. Program lainnya adalah millieu program atau therapeutic community. Dalam program ini, penderita dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu. Mereka dianjurkan meluangkan waktu untuk bersama-sama dan saling membantu dalam penyesuaian perilaku serta membicarakan masalah-masalah bersama dengan pendamping. Terapi ini berusaha memasukkan penderita schizophrenia dalam proses perkembangan untuk mempersiapkan mereka dalam peran sosial yang bertanggung jawab dengan melibatkan seluruh penderitan dan staf pembimbing. Dalam penelitian, social learning program mempunyai hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perawatan dalam rumah sakit jiwa dan millieu program. Persoalan yang muncul dalam terapi ini adalah identifikasi tentang unsur-unsur mana yang efektif. Tidak jelas apakah penguatan dengan tanda (token) ataukan faktor-faktor lain yang menyebabkan perubahan perilaku; dan apakah program penguatan dengan tanda tersebut membantu perubahan perilaku hanya selama tanda diberikan atau hanya dalam lingkungan perawatan.
b. Social Skills Training.
Terapi ini melatih penderita mengenai ketrampilan atau keahlian sosial, seperti kemampuan percakapan, yang dapat membantu dalam beradaptasi dengan masyarakat (Rathus, et al., 1991; Davisoan, et al., 1994; Sue, et al., 1986). Social Skills Training menggunakan latihan bermain sandiwara. Para penderita diberi tugas untuk bermain peran dalam situasi-situasi tertentu agar mereka dapat menerapkannya dalam situasi yang sebenarnya. Bentuk terapi seperti ini sering digunakan dalam panti-panti rehabilitasi psikososial untuk membantu penderita agar bisa kembali berperan dalam masyarakat. Mereka dibantu dan didukung untuk melaksanakan tugas-tugas harian seperti memasak, berbelanja, ataupun untuk berkomunikasi, bersahabat, dan sebagainya. Meskipun terapi ini cukup berhasil, namun tetap ada persoalan bagaimana mempertahankan perilaku bila suatu program telah selesai, dan bagaimana dengan situasi-situasi yang tidak diajarkan secara langsung.

I.2.3 Terapi Humanistik
a. Terapi Kelompok.
Banyak masalah emosional menyangkut kesulitan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, yang dapat menyebabkan seseorang berusaha menghindari relasinya dengan orang lain, mengisolasi diri, sehingga menyebabkan pola penyelesaian masalah yang dilakukannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan dunia empiris. Dalam menangani kasus tersebut, terapi kelompok akan sangat bermanfaat bagi proses penyembuhan klien, khususnya klien schizophrenia.
Terapi kelompok ini termasuk salah satu jenis terapi humanistik. Pada terapi ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapist berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Di antara peserta terapi tersebut saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami oleh mereka. Klien dihadapkan pada setting sosial yang mengajaknya untuk berkomunikasi, sehingga terapi ini dapat memperkaya pengalaman mereka dalam kemampuan berkomunikasi. Di rumah sakit jiwa, terapi ini sering dilakukan. Melalui terapi kelompok ini iklim interpersonal relationship yang konkrit akan tercipta, sehingga klien selalu diajak untuk berpikir secara realistis dan menilai pikiran dan perasaannya yang tidak realistis.
b. Terapi Keluarga.
Terapi keluarga ini merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok. Kelompoknya terdiri atas suami istri atau orang tua serta anaknya yang bertemu dengan satu atau dua terapist. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Ungkapan-ungkapan emosi dalam keluarga yang bisa mengakibatkan penyakit penderita kambuh kembali diusahakan kembali. Keluarga diberi informasi tentang cara-cara untuk mengekspresikan perasaan-perasaan, baik
yang positif maupun yang negatif secara konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersama-sama. Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan cara-cara untuk menghadapinya. Keluarga juga diberi penjelasan tentang cara untuk mendampingi, mengajari, dan melatih penderita dengan sikap penuh penghargaan. Perlakuan-perlakuan dan pengungkapan emosi anggota keluarga diatur dan disusun sedemikian rupa serta dievaluasi. Dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Fallon (Davison, et al., 1994; Rathus, et al., 1991) ternyata campur tangan keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan, atau sekurang-kurangnya mencegah kambuhnya penyakit penderita, dibandingkan dengan terapi-terapi secara individual.


Okeh… Rasanx nih postingan terakhir aye buat Skizophrenia dah… Aye cape banget ni… Tulong dong… kasih feedback apaan gitu… biar aye bergairah buat bikin postingan aye slanjutnx yg pastinya bakal nge-bahas hal lain yang menarik di bidang inih… ada ide g mo nge-bahas apaan gitu??? Jangan bosen nge-share yah… Buh-bye…

20 komentar:

  1. Dear psychochanholic,

    Kami senang membaca tulisan anda, tapi apakah anda percaya jika ada orang yang mendengar suara dengan karakter yang berbeda2 dan masing2 diberi nama oleh sipemilik suara itu..

    Para Psikiater bilang suara itu adalah suara kami sendiri sebenarnya si pemilik tubuh, tapi apakah anda juga percaya jika suara2 itu sudah mendominasi dan membuat kami 'DOWN', maka mereka dapat mematikan suara dikehidupan kami yang sebenarnya ( suara dilingkungan si pemilik tubuh itu )

    btw, Sebagai 'AHLI' atau yang 'MENGETAHUI' masalah schizophrenic, jujur kami mau tanya, Apakan mungkin 'mereka' ( sosok/suara yang kata spikiater adalah hanya halusinasi penderita ) dapat mematikan suara kehidupan kami yang sebenarnya ???

    Dalam arti.. sipenderita kadang tidak mendengar apa2 di lingkungannya dia hanya melihat gerak bibir orang2 disekitarnya dan tidak tahu apa yang dibicarakan... tapi suara yang ada dikepalanya/pikirannya terus melakukan bullying terhadapnya.

    Kejadian seperti diatas tidak pernah kami akan tahu kapan akan datang dan kapan kami akan kembali normal ??

    Singkat kata, suara asli dilingkungan kami dimatikan ( gak tahu sama siapa ) dan mau tidak mau dipaksa kami untuk mendengarkan suara dalam otak/pikiran kami... menutup kuping kami ??
    Bukan solusi, tidak dapat kami membungkam jika mereka bicara.

    Kami.. suka tulisan anda, dan kami sering lihat tulisan macam teori psikiater. Yang dibutuhkan seorang schizophrenia bukan obat-2an yang hanya berpengaruh sesaat tapi akan menimbulkan masalah baru dibeberapa tahun kedepan.

    yang dibutuhkan adalah

    "COBA MENGERTI APA YANG KAMI ALAMI JANGAN MENGHAKIMI KAMI DENGAN LABEL GILA ATAU HALUSINASI JIKA KALIAN TIDAK DAPAT MELAKUKAN ITU COBA DIAM JANGAN MENAMBAH SUARA YANG MEMBUAT/MEMANCING 'MEREKA' BERTAMBAH LIAR MELAKUKAN PENEKANAN KEPADA KAMI."

    Kami hidup di dua alam yang berbeda bagi kami, kadang kami tidak tahu dimana kami ini berada ???

    I'm not the labels people put on me
    Let alone try to understand it.

    Thanks.

    BalasHapus
  2. Ini saya sadur dari blognya dr.aldjoefrie mengenai penyembuhan sakit schizoprenia dan dari beberapa sumber yang tidak saya sebutkan satu persatu , yaitu

    1. Anda mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan sholat wajib 5 waktu (disadur dari blognya dr. aldjoefrie) dan melakukan amalan2 sholat sunnah.

    2. Bacalah Dzikir Pagi & Petang

    2. Pasrahkan segala hal yang telah terjadi kepada Allah SWT.

    3. Banyak membaca Al Qur'an, minimal sehari sekali atau lebih sering lebih bagus (karena suara2 delusi itu bisa berasal dari was2) dan membaca Al Qur,an akan mengobatinya dan menghilangkan suara2 was2 tersebut.

    4. Banyak2 membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena sholawat Nabi Muhammad SAW merupakan obat hati.

    4. Banyak istigfar, dengan mengucapkan astaghfirullahalazhim ("aku mohon ampun akan segala kesalahanku kepada Allah Yang Maha Agung") akan segala hal yang keliru dimasa lalu kita.

    5. Usahakan jangan sering berada sendiri atau melamun, cari teman ngobrol dan bicaralah yang positif - positif.
    Jika tidak ada orang lain disekitar kita, coba cari kesibukan yang bisa mengarahkan pikiran kita ke hal2 yang positif, nonton tv acara2 yang bermanfaat atau mendengarkan radio (ceramah2 agama) atau mendengarkan kaset pengajian.
    Kalau bisa sering2 berkumpul dengan orang-orang soleh atau orang2 yang sering mengajak kita berbuat yang benar.


    6. Usahakan lakukan shalat tahajjud, karena akan memberikan ketenangan batin.

    7. Usahakan sholat wajib dilakukan berjamaah di mesjid. Ini bisa dilakukan bertahap dengan melakukan sholat magrib berjamaah dahulu terus meningkat ke sholat isya, shubuh, ashar, zuhur.

    8. Minumlah habbattussauda, atau jinten hitam karena ia merupakan obat semua penyakit kecuali kematian (Hadist Nabi SAW)

    9. Banyaklah bersedekah, karena banyak bersedekah akan mengobati penyakit kita.

    10. Jika anda mau mencoba cobalah lakukan bekam di sekitar wilayah kepala, terutama di titik ubun2, sayapun pernah di bekam (hijamah) dititik tersebut oleh seorang ahli bekam di Jakarta sini.

    Jangan putus asa, semua penyakit ada obatnya, dan sesudah kesulitan ada kemudahan, dan semoga hal ini jadi nasehat bagi saya juga, Insya Allah, Allah SWT akan memberikan kesembuhan kepada Anda dan saya, karena kesembuhan itu berasal dari Allah SWT.

    BalasHapus
  3. Satu lagi..jangan dengerin musik yang memiliki "Bad Lyrics" atau lyrics2 yang mengajak kepada kesesatan, lyrics2 yang gak jelas bahasanya, lyrics2 yang sedih, putus cinta, kesengsaraan hidup dan lain2 yang negatif...karena akan masuk kealam bawah sadar kita..mendingan dengerin kaset pengajian sperti Syeikh Musytarri Rashid, Imam Mesjid Abu Dhabi, atau kaset2 pengajian lainnya yang akan membuat jiwa (mental) kita semakin kuat..

    BalasHapus
  4. juni 2008, saya mendapat cobaan yang menurut sangat berat (rasanya seperti ditinggal mati ibu, ayah dan nenek sekaligus, padahal jika saya pikir, saat ini, detik ini, masalahnya tidak seberat itu) mungkin setan sedang mnggelayuti kepala saya sehingga saya ingin mengakhiri hidup saya. saya alihkan kesedihan saya dengan menulis, hal2 lain selain menuju kematian, syukurlah akhirnya tuhan berkenan mendekatiku lagi. akhirnya aku tergerak untuk sering membaca al Qur'an. sebulan penuh aku lawan kesedihan dengan banyak membaca al qur'an, it works alhamdulillah, oya bisa dikatakan aku tergolong muslim yang taat, terkadang aku berpikir belum cukupkan aku beriman sehingga tuhan mencobaku seperti itu, mau lari kemana lagi jika mendekatinya saja aku masih di'siksa' dengan ujian2Nya.akhirnya aku berpikir bahwa 'siksaan' itu adalah sarana pencucian dosaku yang dulu dulu, jadi inilah saat pengampunan itu, jika aku lolos insyaallah aku dalam keadaan bersih ketika menghadapNya. inilah yang menjadi kekuatanku selanjutnya ketika menghadapi cobaan2 atau siksaan2 lagi. Pencucian dosa.

    BalasHapus
  5. teman dekat saya menderita schizophrenia. tapi sekarang sudah membaik. dan hidupnya tergantung pada obat. apakah mungkin saya bisa menikah dengan dia? dia tinggal di france. makasih

    BalasHapus
  6. hidup dengan orang yang menderita schizoprenia telah aku jalani selama tujuh tahun. karena rasa cinta kasih lah aku dapat bertahan dengan dua anakku yang menjadi pelita hidupku, karena ayah mereka sampai saat ini belim bisa dikatakan "sembuh". aku masih sering dibuat deg-degen bila tengah malam dia membangunkanku dan tiba22 menuduhku dengan hal-hal yang tidak masuk akal, pernah sekali aku bentak dia karena aku benar-benar mearasa sudah sangat capek dengan keadaan ini. aku hanya bisa menyerahkan semuanya pada Allah, sang Maha segalanya, Ya Allah berikanlah kekuatan lahir dan bathin dalam menghadapi kehidupan ini, tolonglah suamiku agar dapat sembuh, demi anak-anaknya.....

    BalasHapus
  7. Daer Mbah Tumiran: Saya fikir shalat, zikir dan ngaji adalah terapi yg paling tepat utk penderita schizophrenia. Krn aktivitas demikian membutuhkan dan melatih khusyu'. Sedang khusyu' secara sederhana adalah kondisi yg menuntut kita utk benar2 sadar akan keberadaan diri kita dihadapan Sang Khalik. Itu yg membedakan khusyu'dgn kesurupan. Itu pula bedanya khusyu dengan berkhayal. Krn Allah Swt adalah benar2nyata, bukan khayalan sama sekali. Sehingga bila kita berkhayal akan Allah swt dlm ibadah kita, itu bukanlah khusyu' sama sekali. Jadi khusyu adalah semacam membangun kesadaran diri, kesadaran akan keberadaan kita, kesadaran akan eksistensi Allah Swt, kesadaran akan kebesaran2Nya. Dan kesadaran yg demikian adalah lawan dari delusi, lawan dari 'setan' bila ada yg menganggap anda diganggu setan. Wallahu a'lam. Salam hormat 3handoyo.

    BalasHapus
  8. saya suka hal2 spiritual dan humanistik..
    tapi tidak untuk hal2 religius yang berjumlah ratusan dan tidak realistis/rasional..

    BalasHapus
  9. berpikir secara universal..
    kenali tuhanmu baru kenali agamamu..
    agama bukan tuhan.. tak perlu berbahasa khusus dengan tuhan,tuhan mengerti semua bahasa..

    BalasHapus
  10. Saya juga sering mengalami suara2 delusi, bukan hanya itu terkadang saya pun sering punya pikiran2 ekstrim, saya juga terkadang sulit untuk fokus, pikiran mudah sekali terganggu dengan hal2 yang muncul di sekitar, dan itu muncul begitu saja, saya tidak tahu apakah itu termasuk skizofrenia atau bukan, yang jelas saya pun sekarang sedang berusaha untuk menyembuhkan diri saya sendiri, mencari2 info mengenai terapi yang bisa dilakukan, namun manfaat yang paling saya rasakan adalah memang pendekatan secara spiritual, dan juga jangan biasakan mengurung diri sendiri, saling tukar pikiran dengan orang lain dan melakukan komunikasi yang baik dengan orang lain juga amat sangat membantu, InsyaAllah kita bisa sembuh,.

    BalasHapus
  11. memang bila itu kambuh sungguh mengganggu keharmonisan keluarga. Semoga ALLOh bantu dan balas kesabaran kami dng surga

    BalasHapus
  12. saya punya ayah mertua yang mempunyai gejala-gejala penyakit kejiwaan/ Schizophrenia. setahu saya gejala itu terjadi ketika dia sakit kemudian dioperasi. dalam masa perawatan di rumah sakit, pada hari ketiga malam harinya. dia menunjukkan perilaku aneh, yang menurut saya tidak wajar. Dia melakukan hal yang se-enak dia, ingin melepas infus, tidur di lantai, tidak mau makan. ketika orang lain berbicara, dianggap oleh dia sedang membicarakannya. ketika saya ajak komunikasi seperti tidak nyambung.lebih herannya saya, ketika Ayah mertua saya dibawa pulang, dan sudah beberapa hari di rumah, dia bercerita/ curhat dengan saya. dia menceritakan, menurut dia saat di rawat dirumah sakit, dia mendapatkan halusinasi/ bisikan-bisikan/ sugesti sehingga dia melakukan hal-hal aneh sesuai dengan bisikan tersebut. ketika saat perjalanan pulang, ia merasa para tetangga meludahi/ menganggap Ayah saya tadi hina/kotor.Ia juga merasakan sudah mati, dia mencium bau busuk dari tubuhnya.
    sampai saat ini, dia terlihat mengucilkan diri dari lingkungan sosial. selalu di rumah, di kamar, diam hanya sedikit bicara. yang membuat saya kesal, Ayah saya sulit di nasehati atau diberi masukan-masukan demi kesehatan dirinya. dia terkadang melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya, tetapi dia sendiri tidak menyadari bahwa perbuatan itu berbahaya bagi dirinya. mudah2an Allah memberikan jalan yang terbaik .........

    BalasHapus
  13. Hey veгy cool website!! Guу .
    . Beautiful .. Αmazing .. I'll bookmark your website and take the feeds additionally? I'm hаpру tο find numеrouѕ useful info гight hегe іn thе ѕubmіt, wе'd like work out extra techniques in this regard, thanks for sharing. . . . . .

    Feel free to surf to my web site people chat rooms

    BalasHapus
  14. Βecаuse the admin of thiѕ ωеb page iѕ working, no ԁoubt ѵeгy soοn it
    wіll be wеll-known, due to іts qualіty сontеnts.


    Mу blog poѕt; Www.Sharepdfbooks.Com

    BalasHapus
  15. Hi аre uѕing Wоrԁprеss for yοur sіte platform?
    I'm new to the blog world but I'm trying to get ѕtaгted and create my own.
    Do you requiгe аny html coding еxpertіse to
    mаke yоur own blog? Any helρ would be really apprecіateԁ!


    Ηere is my web-ѕite; Based Website

    BalasHapus
  16. Very nice poѕt. I just stumbled upon your weblog and wisheԁ tο ѕay that I
    havе truly еnϳoyed bгоwsing youг blog posts.
    In anу cаse I will be subsсгibing to yοur rss feed and
    I hope you write again veгу ѕoon!

    my website :: hémorroïdes

    BalasHapus
  17. It's hard to come by well-informed people about this subject, but you sound like you know what you're
    talking about! Thanks

    Also viѕit my ωеblοg: verdopple deine dates

    BalasHapus
  18. hеy there аnd thanκ you foг уouг informаtion – I've certainly picked up something new from right here. I did however expertise some technical issues using this web site, since I experienced to reload the website a lot of times previous to I could get it to load properly. I had been wondering if your hosting is OK? Not that I'm comрlainіng, but sloω loading
    instances times will vеry frequently аffect yοur ρlacemеnt іn google and coulԁ damage youг high quаlіtу sсore if ads and markеting with Adωorԁs.
    Anyway I am addіng thіs RSS tο mу е-mаil and coulԁ loоk
    оut for a lot mοre of your respective fascinаting content.
    Mаke sure уou update thіs аgaіn soοn.


    Alѕo visit my page esc2zero.De

    BalasHapus
  19. Неllo! I've been reading your web site for a long time now and finally got the courage to go ahead and give you a shout out from Kingwood Tx! Just wanted to say keep up the great job!

    Here is my site ejaculation training

    BalasHapus
  20. Saya merasa juga menderita Schizophrenia. Ini berawal sudah dari SMP dan saya baru sadar saat ini saya ada di bangku kuliah semester 4. Memang pendekatan spiritual sabgat membantu, namun juga butuh dukungan besar dari orang orang terkasih. Dan saat ini yang saya rasakan saya kurang dukungan dari teman. Apa ynag harus saya lakukan?

    BalasHapus